"Boleh kapan-kapan ikut kelas meditasi bareng elu, Vin?"
"Heh? Boleh boleh saja sih, tapi kenapa tiba-tiba mau ikut kelas meditasi?"
"Lagi pusing Vin, banyak masalah..."

Diskusi di atas biasa akan saya akhiri dengan, "Well, emang ada masalah apa?" Setelah itu saya memberikan kesempatan kepada lawan bicara saya untuk menceritakan masalahnya. Saya bukan konselor yang baik, tapi setidaknya dengan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memuntahkan masalahnya, akan sedikit meringankan beban di dalam pikirannya. Dan, ujung-ujungnya tidak jadi ikut kelas meditasi, sih...

Mungkin karena di belahan bumi bagian barat sana sedang nge-trend gerakan mindfulness alias "berkesadaran", semua dibuat versi mindful-nya, ada mindful breathing, mindful therapy, mindful eating (makan berkesadaran), mindful parenting (pola asuh berkesadaran), sampai mindful leadership (kepemimpinan berkesadaran). Padahal, gerakan mindfulness sudah ada di belahan timur bumi dari ribuan tahun yang lalu, tapi masih belum dianggap ilmiah dan justru lebih dianggap mistis.

Karena gerakan mindful yang sedang ngetren itu, maka mungkin orang-orang berpikir bahwa mindful adalah obat psikologis yang paling manjur. Ujung-ujungnya, orang-orang mengira bahwa meditasi adalah solusi dari segala masalah. Memang, meditasi (bentuk latihan mindfulness yang paling dasar) bisa memberikan banyak kelegaan secara psikologis, tapi meditasi bukanlah solusi dari semua masalah kehidupan. Bila mengalami masalah, ya diselesaikan masalahnya, bukan bermeditasi.

Ketika teman sedang ada masalah dengan kuliahnya, kepingin ikut-ikutan meditasi...
Ketika teman sedang ada masalah dengan pacarnya, kepingin ikut-ikutan meditasi...
Ketika teman sedang kesulitan finansial, kepingin ikut-ikutan meditasi...

Jadinya, mereka bermeditasi demi mendapatkan sesuatu, entah itu agar bisa mendapatkan kelancaran kuliah, hubungan yang lebih baik dengan pasangan, atau tiba-tiba mendapatkan rezeki nomplok. Tentu saja itu tidak masuk akal! Meditasi tidak bisa menghilangkan masalah kita. Kita tetap harus menghadapi masalah yang kita hadapi. Ada masalah dengan nilai kuliah? Belajar! Ada masalah dengan pasangan? Perbaiki komunikasi! Ada masalah finansial? Coba periksa pengelolaan keuangan anda!

Sehingga tidak perlu terjadi lagi, tiba-tiba di kelas meditasi muncul banyak orang baru, namun 2-3 kali pertemuan langsung hilang lagi. Seperti angin, datang orang baru - pergi orang baru - datang orang yang baru lagi - pergi lagi orang yang baru itu - datang yang lebih baru lagi - dan seterusnya tanpa akhir. Ya jelas saja akan begitu! Karena pola pikirnya, dikira bermeditasi segala masalah kehidupan akan selesai.

Lalu, apa gunanya bermeditasi? Secara simpel, esensi meditasi adalah melepas dan menyadari. Apa yang dilepas? Segala beban di dalam pikiran kita. Ketika kita memiliki masalah, pikiran kita selalu "menggenggam" permasalahan tersebut. Kita mengulang-ulang gambaran kejadian masalah itu di dalam pikiran kita, terus-menerus memikirkannya, dan terus-menerus menderitas karenanya. Ujung-ujungnya kita menjadi stres berat. Pertanyaannya, apakah pikiran yang stres bisa menghasilkan solusi yang jernih? Tentu tidak! Maka itu, meditasi merupakan praktik melepas. Kita lepaskan dulu pikiran-pikiran tersebut, sehingga tingkat stres kita menurun.

Lalu, apa yang perlu disadari? Setelah melepas beban-beban pikiran kita akan kejadian yang sudah terjadi dan berlalu itu, kita kemudian mulai menyadari masa kini. Kita tidak hidup di masa lalu ataupun di masa depan, kita hidup di masa kini. Akan tetapi, permasalahan hidup membuat kita terus-menerus tertahan di masa lalu. Setelah kita melepaskannya, kita mulai menyadari masa kini. Bagaimana caranya? Duduk diam (kadangkala tidak harus duduk, bisa juga sambil berbaring atau makan, atau lainnya), sadari napas yang keluar-masuk dari hidung kita. Tidak perlu mengomentari apapun, cukup sadari. Jangan mengomentari, "Napas ini berat, napas ini ringan. Ada bau-bauan di ruangan," cukup sadari. Sadari bagaimana napas melewati hidung kita ketika ia sedang keluar masuk.

Ketika kita melepaskan beban pikiran kita, maka kadar stres kita mulai menurun. Kita beban pikiran kita sudah dilepaskan, kita langsung kembali kepada masa kini. Ketika kita fokus pada napas yang keluar masuk, ketenangan pun muncul (sulit dijelaskan, maka itu praktikkan saja). Di sanalah pikiran kita akan menjadi tenang dan jernih. Bagi beberapa orang, ketenangan ini membuat mereka lebih bahagia (karena sebenarnya mereka hanya cukup melepaskan kejadian yang tidak menyenangkan itu!), bagi sebagian orang lagi, ketenangan itu membuat mereka bisa memikirkan solusi permasalahan mereka dengan lebih baik. Itulah akhirnya mengapa meditasi dianggap berkhasiat.

Sayangnya, meditasi disalahkaprahkan, dianggap bisa menyelesaikan segala masalah kehidupan. Tentu sangat keliru! Bila anda memiliki masalah, hadapi masalahnya! Tapi jangan hadapi dengan pikiran yang kalut, tenangkan dan jernihkan dulu pikiran anda agar solusi yang dimunculkan adalah solusi yang win-win. Bagaimana cara menjernhikan pikiran? Ya bermeditasi.

Jadi, mau mencoba meditasi?

(Image: Meditation by Nina)
Curug Nangka

17 Desember kemarin, saya bersama beberapa teman-teman bermaksud untuk melakukan refreshing ke luar Jakarta tanpa menginap. Kami sama-sama memutuskan Bogor sebagai tempat tujuan, namun destinasi spesifiknya belum ditentukan. Gunung Pancar, Curug Cilember, Telaga Warna Puncak, sampai Curug Nangka masuk ke dalam nominasi. Awalnya kami bermaksud pergi ke Gunung Pancar, tapi setelah menimbang-nimbang beberapa hal akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Curug Nangka.

Curug Nangka dipilih karena dua hal: (1) lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Hanya bermodal tiket kereta api dan angkot, kami sudah bisa menjangkau Curug Nangka; (2) jalur di Curug Nangka mudah untuk dijalani, karena sudah menjadi tempat wisata yang umum sehingga jalur trekking sudah dibuat semudah mungkin; dan (3) bisa dikunjungi hanya dalam waktu sehari. Selain itu, meski namanya Curug Nangka, tapi di dalam area tersebut masih ada dua curug lainnya sehingga total ada 3 curug yang bisa kita temui dalam area tersebut.

Kami pun berkumpul di Stasiun Jakartakota pada pukul 7 pagi. Dengan KRL (Kereta Rel Listrik), kami berangkat dengan tujuan Stasiun Bogor. Setelah sampai di Bogor, banyak sekali penyewaan mobil menawarkan kami untuk menggunakan jasa mereka, tapi kami tetap memutuskan untuk menaiki angkot agar suasana petualangan lebih terasa. Mencapai Curug Nangka cukup mudah:

  1. Naik KRL dan turun di Stasiun Bogor.
  2. Dari stasiun Bogor, lanjutkan dengan angkot 02. Turun di Mall BTM.
  3. Lanjutkan lagi dengan angkot 03. Beritahu supir angkot bahwa anda ingin pergi ke Curug Nangka sehingga anda akan diturunkan ke lokasi terdekat.
  4. Dari tempat anda diturunkan oleh supir angkot, anda tinggal berjalan kaki sejauh 1 kilometer hingga mencapai Curug Nangka.
  5. Lanjutkan dengan berjalan kaki sebentar. Akan banyak ojek yang menawarkan jasa, anda boleh memutuskan untuk menaiki ojek bila ingin menghemat energi.


Kami turun dari angkot terakhir kami pada pukul 11 siang. Masih ada perjalanan sejauh 1 hingga 2 kilometer menuju pintu gerbang Curug Nangka. Kami pun memutuskan untuk makan siang sebelum melanjutkan perjalanan. Ada sebuah warung nasi yang terlihat enak dan bersih, kami pun mampir. Hidangan yang disajikan adalah khas sunda. Saya memesan nasi dengan sayur sop, telur dadar, tempe orek, dan bakwan; saya tebus seharga Rp13.000. Rasanya lezat sekali, entah karena memang benar enak atau karena kelaparan. Tapi teman-teman saya yang lain juga mengatakan bahwa masakannya memang enak.


Perut kenyang, perjalanan berlanjut. Ada tukang ojek yang menawari jasanya kepada kami agar kami bisa tiba di pintu gerbang tanpa membuang tenaga. Tapi kami menolaknya dengan pertimbangan agar bisa lebih merasakan tantangan. Tidak sampai 30 menit berjalan kaki, kami pun tiba di pintu gerbang. Ada pun kami harus membayar tiket masuk sebesar Rp7500 pada gerbang pertama. Di gerbang selanjutnya, kami membayar lagi Rp10.000.

Pertama-tama kita akan disambut oleh hutan pinus terlebih dahulu. Pemandangannya indah dan instagramable, kami pun berhenti sejenak untuk foto-foto. Tak lama, kami pun kembali berjalan, hingga kami menemukan tempat parkir mobil dengan warung di berbagai sisinya.





Dengan jalur yang terlampau cukup mudah dan sedikit menanjak, kami pun tiba di curug pertama, yaitu Curug Daun. Secara penampilan, Curug Daun memang biasa saja. Kami foto-foto sebentar sambil mencuci tangan di kolam curug, merasakan segarnya air di dataran tinggi. Perjalanan pun berlanjut. Oh iya, sebelum mencapai Curug Daun, mungkin anda akan disambut oleh kawanan kera di dalam perjalanan.






Jalur setelah Curug Daun akan lebih sulit. Konturnya berbatu dan cukup licin, mungkin karena pagi harinya sempat hujan. Perlu kehati-hatian agar tidak terpeleset. Kurang dari perjalanan selama 1 jam, kami pun disuguhi dengan pemandangan Curug Kaung. Berbeda dengan Curug Daun, Curug Kawung lebih tinggi daripada Curug Daun sehingga pemandangan yang disuguhkan pun lebih baik. Kami pun kembali berfoto-foto. Di sekitar Curug Daun pun bisa ditemui pedagang-pedagang yang menawarkan minuman hangat seperti kopi, teh, atau susu; maupun mie instan dalam cup. Sesekali mungkin anda juga akan menemukan ibu-ibu yang menjajakan aneka gorengan. Harganya tidak terlalu mahal untuk ukuran tempat wisata. Kami pun duduk-duduk sejenak menikmati udara dataran tinggi dan pemandangan dari Curug Kaung, sambil menyeruput secangkir kopi hangat. Nikmat.








Setelah itu, kami pun kembali mengambil jalan menurun. Sebenarnya, urutan rute yang umumnya diambil orang-orang adalah Curug Nangka, Curug Daun, lalu Curug Kaung. Namun kami mengambil rute Curug Daun, Curug Kaung, baru Curug Nangka. Untuk menjangkau Curug Nangka dari Curug Kaung, silakan mengambil jalan memutar, kembali ke Curug Daun. Berjalan terus hingga dekat dengan warung-warung nasi, hingga anda akan berada di tempat perkemahan. Carilah plang arah di sana, yang akan menunjukkan jalan menuju Curug Nangka, ikuti.


Ada alasan mengapa saya merekomendasikan untuk menjadikan Curug Nangka sebagai destinasi terakhir, yakni karena pemandangan di Curug Nangka adalah pemandangan yang terbaik dibandingkan kedua curug lainnya. Anda mula-miula akan disuguhkan dengan pepohonan lebat dan jalan menyempit yang memberikan nuansa tropis tersendiri. Ikuti jalur tersebut, tidak jauh anda akan menemukan Curug Nangka. Suasananya terbaik dibandingkan yang lainnya: air terjunnya lebih deras, anginnya lebih kencang, cahaya matahari redup sehingga terasa sangat syahdu. Kolamnya agak dalam sehingga anda bisa berendam, namun hati-hati karena airnya sangat dingin. Di curug terakhir inilah kami paling lama berfoto-foto. Dengan rute Curug Daun-Curug Kaung-Curug Nangka, anda bisa merasakan perjalanan yang 'klimaks'.




Setelah menikmati pemandangan curug, kami pun melepas lelah di salah satu warung lesehan. Segelas jahe susu pun saya pesan, plus semangkuk mie instan. Meski sederhana, tapi rasanya nikmat sekali. Tak lupa aneka gorengan pun saya jadikan pelengkap. Pukul 16.00, kami pun segera mencari angkutan umum untuk kembali ke Stasiun Bogor.


Curug Nangka bisa menjadi alternatif wisata bagi yang ingin melepas penat dari ibukota namun tidak memiliki waktu yang banyak. Lokasinya mudah dijangkau dan area yang dapat dijelajahi hanya dalam hitungan jam membuat banyak orang mampir ke sini di akhir pekan. Hal yang paling penting, siapkan jas hujan dan pakaian ganti bila ingin mengunjungi tempat ini, agar anda bisa ikut menceburkan diri ke dalam kolam alami yang disediakan oleh Curug Nangka.






Saking antusiasnya, saya lupa mengambil gambar bersama-sama dengan peserta
Berawal dari Bapak Abdullah Siroj (Kepala Sekolah SMA Budi Agung) yang menghubungi saya untuk mengisi sesi di MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) SMA Budi Agung yang pada saat itu akan diadakan tanggal 19 Juli 2016. Saya memang sudah mengenal Pak Siroj (panggilan Bapak Abdullah Siroj) sejak lama, karena beliau adalah guru BP saat saya masih SMA dulu.

Tawaran tersebut saya terima. Pertama, saya memang senang dengan topik-topik pengembangan diri, khususnya untuk remaja. Saya sudah hampir 3 tahun mengabdi sebagai pembina remaja di sebuah tempat ibadah. Selain itu, saya memang sudah sering memberikan materi pengembangan diri bagi remaja di berbagai instansi, sehingga selain sudah menjadi passion, saya juga merasa bahwa tidak ada alasan untuk menolak tawaran ini. Alasan kedua, kapan lagi berkontribusi terhadap almamater sendiri? Ya, saya dulu bersekolah di SMA Budi Agung. Sejak lulus, saya jarang sekali datang berkunjung ke almamater saya. Kontak dengan teman-teman SMA pun terputus. Kali ini, saya bisa terhubung lagi dengan almamater saya melalui kegiatan ini.

Ada yang banyak berubah dari SMA Budi Agung. Tujuh sampai sepuluh tahun yang lalu, kegiatan belajar-mengajar kami masih menggunakan kertas mika transparan yang diproyeksikan melalui OHP (Overhead Projector), itupun jumlahnya hanya ada satu, sedangkan ada 6 kelas di sini, sehingga seringkali OHP diperebutkan oleh tiap kelas untuk digunakan. Kini, tersedia proyektor yang bisa terhubung dengan laptop. Hal ini berarti tidak perlu lagi menggunakan kertas mika, materi mengajar bisa dibuat secara digital melalui Microsotf PowerPoint. Jumlahnya pun bukan 1 untuk 1 sekolah, melainkan 1 untuk 1 kelas, sehingga tidak perlu lagi berebutan proyektor. Dan kabar baiknya, kini ada 8 kelas, bukan 6 kelas lagi.

Usai memuaskan rasa rindu dengan sekolah dan mendengarkan cerita dari guru-guru mengenai kemajuan sekolah ini, saya pun segera dipanggil untuk mengisi sesi. Peserta dari sesi ini merupakan siswa-siswi kelas X SMA Budi Agung, total 90 orang. Saya diberikan waktu 60 menit untuk memberikan motivasi kepada para peserta. Saya memberikan materi dengan topik "Menjari Pelajar yang Pro-Aktif", dengan harapan mereka tidak hanya menjadi pelajar pasif yang duduk diam menerima ilmu, namun juga bisa berinisiatif untuk belajar dari berbagai sumber dan media. Materi yag saya bawakan mendapatkan sambutan yang positif dari peserta. Terlihat mereka aktif menjawab pertanyaan yang saya ajukan dan nampak memerhatikan dengan antusias. Santai tapi serius.

Ada yang bertanya, "Bagaimana cara mengundang Garvin untuk mengisi sesi di sekolah/instansinya?" Silakan hubungi saya di garvin.goei@gmail.com. Nanti akan berlanjut ke whatsapp atau LINE. Topik yang biasa saya bawakan adalah pengembangan diri untuk remaja atau tentang kesehatan mental (berhubung kuliah S1 dan S2 saya adalah psikologi).

Pada saat tulisan ini dibuat, Pokemon Go sudah menjadi demam baru di dunia, bahkan Indonesia menjadi salah satunya. Uniknya, Pokemon Go sendiri sebenarnya belum dirilis secara resmi di Indonesia. Saya teringat kembali pada tahun 2000 awal, ketika saya sangat menggemari film kartun Pokemon dan mengoleksi berbagai merchandise-nya. Jika di kala itu Pokemon menjadi kegemaran anak-anak saja, maka sekarang Pokemon Go lebih ramah usia. Dewasa muda, remaja, hingga anak-anak sedang kegandrungan Pokemon.

Apa yang membuat Pokemon Go menarik? Tidak lain adalah karena teknologi augmented reality yang dihadirkan dalam permainan ini. Augmented reality atau "realitas tertambah" (demikian saya mengutip istilah dari Wikipedia) merupakan teknologi yang menggabungkan benda-benda maya ke dalam sebuah lingkungan nyata, dalam waktu yang nyata juga. Maka, permainan Pokemon Go tidak berlatar di sebuah kota khayalan di negri fiksi sana, namun di lingkungan nyata kita sendiri.

Muncul pro dan kontra dari hebohnya permainan Pokemon Go ini. Beberapa orang menganggap ini terobosan baru dalam dunia hiburan, namun beberapa lagi mengkritisi perilaku sebagian pemain yang tidak tepat. Di Amerika Serikat, terjadi kasus penodongan yang disebabkan oleh permainan Pokemon Go. Bahkan di Indonesia sendiri, Menkominfo sudah menyatakan tidak akan segan untuk memblokir Pokemon Go bila terjadi hal-hal yang melanggar aturan.

Sebenarnya, apa saja potensi manfaat maupun kerugian dari permainan Pokemon Go ini?

Video game dengan aktivitas fisik di luar ruangan
Selama ini video game dikritik karena kurang melibatkan aktivitas fisik, karena hanya dimainkan dalam posisi duduk sambil menatap layar, dengan tangan menekan tombol-tombol tertentu. Hal ini membuat aktivitas video game dikaitkan dengan kurangnya olahraga dan obesitas. Pokemon Go mendobrak anggapan ini. Menggabungkan video game dengan augmented reality, pemain harus bergerak dan menjelajahi lingkungan di sekitar mereka agar bisa menangkap pokemon-pokemon baru. Hal ini membuat mereka mau tidak mau harus bangkit dari tempat duduk, bergerak, dan berjalan-jalan untuk bermain video game. Maka, Pokemon Go menawarkan bermain video game dengan melibatkan aktivitas fisik di luar ruangan. Dan, diketahui bahwa aktivitas di luar ruang (outdoor) bisa membantu meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang.

Meningkatkan aktivitas sosial
Pendapat ini banyak muncul di berbagai blog internasional. Pokemon Go mengharuskan permainnya untuk keluar dari ruangan dan menuju tempat publik agar bisa menangkap pokemon-pokemon tertentu. Saya membaca sebuah catatan di blog Berbahasa Indonesia bahwa ketika ia berada di Pantai Indah Kapuk, ada banyak kendaraan terparkir dan orang-orang berada di sana memegang ponselnya, beramai-ramai menangkap pokemon yang berada di sana. Ada yang merasa kesal karena berkali-kali gagal menangkap pokemon, ada yang mengungkapkan kegirangan karena berhasil menangkap pokemon, ada yang menyemangati temannya bermain, dan sebagainya. Di sinilah kontak sosial terjadi. Ketika mereka mengetahui bahwa mereka memiliki minat yang sama, yakni Pokemon Go, mereka kemudian akan mulai berbincang, membicarakan tips dan trik hingga pengalaman bermain GO. Atau, paling sederhana, ada yang saling menyemangati maupun menertawakan kegagalan mereka dalam menangkap pokemon. Anggapan bahwa video game membuat seseorang terisolasi dari kontak sosial pun tergeserkan.

Hal ini juga sangat membantu bagi orang-orang yang memiliki kecemasan berlebih ketika berada dalam lingkungan sosial. Biasanya, orang-orang dengan kecemasan sosial akan lebih sering mengurung diri berada di rumah karena menghindari kontak sosial dengan orang lain. Kecemasan dan ketegangan emosional akan meningkat bila mereka dipaksa untuk keluar rumah dan bertemu dengan orang lain. Bagi mereka, aktivitas sosial adalah hal yang menakutkan. Dengan Pokemon Go, mereka diarahkan untuk keluar rumah dengan cara yang menyenangkan. Dengan misi menangkap pokemon, mereka kemudian berjalan keluar rumah tanpa rasa cemas, dan mulai betemu dengan orang lain di luar sana. Setidaknya, hal ini membuat mereka terbiasa melihat dan bertemu dengan orang asing. Dan lebih baik lagi jika ia disapa oleh orang asing tersebut, mengajak berbicara mengenai Pokemon Go. Hal ini membuat penyandang kecemasan sosial merasa lebih diterima oleh lingkungan sosial, dan mematahkan pemikiran mereka selama ini bahwa lingkungan sosial selalu menakutkan.

Potensi Adiksi
Namun, masalahnya masih sama dengan video game lainnya, yakni daya tarik yang terlalu besar sehingga membuat pemainnya lebih menghabiskan banyak waktu untuk bermain daripada beraktivitas lain. Ketika adiksi terjadi, seseorang bisa saja melupakan aktivitas lainnya dan hanya berfokus pada permainan Pokemon Go. Di internet, beredar foto di sebuah kantor yang dindingnya bertempelkan imbauan Berbahasa Inggris agar karyawan fokus bekerja dan tidak bermain Pokemon Go. Atau, karena ketergantungan yang besar terhadap Pokemon Go, meski seseorang sudah berada di luar ruangan, ia tetap tidak berkomunikasi dengan orang lain dan fokus pada smartphone-nya. Bagaimanapun juga, adiksi terhadap aktivitas apapun memang tidak pernah bermanfaat. Hal ini juga yang dikhawatirkan oleh beberapa orang, karena permainan Pokemon Go yang saat ini sedang booming.

Kecelakaan Lalu Lintas
Karena terlalu asyik bermain Pokemon Go sambil menyetir mobil, seorang warga Amerika Serikat menabrak pohon dan mengalami luka. Terdapat juga gambar yang beredar di internet, sebuah jalan raya dengan imbauan agar pengendara tidak menyetir mobil sambil bermain Pokemon Go, guna menghindari kecelakaan. Meskipun belum terdapat laporan kecelakaan lalu lintas akibat Pokemon Go di Indonesia, namun potensi untuk terjadi tetap ada. Maka dari itu, diperlukan imbauan serta kesadaran dari setiap individu untuk menerapkan safety driving dan menghindari multitasking ketika berkendara, termasuk bermain Pokemon Go.

Nikmati dengan Bijaksana
Pokemon Go menjadi permainan dengan daya tarik yang tinggi, terbukti dari banyaknya pemain Pokemon Go yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan, Pokemon Go menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak di-download di Google Play. Dengan efek menghiburnya, bermain Pokemon Go tentu memberikan kesenangan sendiri bagi pemainnya. Namun, bila dimainkan secara berlebihan dan tidak sesuai, maka akan memberikan bahaya. Bukankah apapun yang dilakukan berlebihan selalu tidak baik?


Beberapa pertanyaan yang sering saya terima adalah, "Kuliah S1 Psikologi bisa kerja apa?" Sebenarnya pertanyaan ini muncul karena banyaknya isu yang mengatakan bahwa jarang ada lowongan pekerjaan yang mencari lulusan S1 Psikologi. Selain itu, pertanyaan tersebut juga mungkin muncul karena biasanya lulusan S1 Psikologi akan mengambil S2 Psikologi lagi agar bisa praktik sebagai psikolog.

Meskipun S2 lebih baik daripada S1, tapi bukan berarti sarjana psikologi tidak bisa bekerja. Sebenarnya, ada banyak sekali lowongan kerja yang bisa dilamar oleh lulusan S1 Psikologi. Dari pengalaman saya ketika lulus S1 dulu, hampir semua teman saya berhasil mendapatkan pekerjaan, tanpa harus frustrasi mengirimkan CV dan lamaran ke sana-sini.

Jadi, pekerjaan apa saja yang bisa dijalani oleh lulusan S1 Psikologi?

1. HR (Human Resources)
Bagi sarjana psikologi yang ingin bekerja di kantor, bisa bekerja di bidang HR atau human resources atau sumber daya manusia. Istilah lain dari HR adalah personalia. Bila kamu masih freshgraduate alias baru lulus, biasa pangkat yang diperoleh adalah HR staff. Apa saja tugas HR? Di lapangan, terbagi lagi HR rekrutmen atau HR training. Sesuai namanya, HR rekrutmen berkaitan dengan mencari kandidat untuk perusahaan, menyortir CV yang masuk, mengatur jadwal rekrutmen, memberikan psikotes (terkadang melakukan interview juga), hingga melakukan negosiasi gaji dengan kandidat. HR training, tugasnya memberikan pelatihan kepada karyawan. Bisa diberikan oleh divisi training itu sendiri atau outsource dari luar. Selain kedua tugas tersebut, tugas HR yang lainnya biasanya adalah payroll (mengatur penggajian), kedisiplinan karyawan, terkadang HR juga digabung bersama GA. Apa itu GA?

2. GA (General Affairs)
Artinya adalah "Urusan Umum". GA ini memang tugasnya bersifat umum, seperti pengelolaan gedung, mengoordinasi cleaning service maupun security, pengadaan peralatan kantor, dan lain-lain. Terkadang, beberapa kantor menggabungkan HR dan GA sekaligus, agar lebih efisien. GA ini bisa diisi oleh lulusan S1 manapun, termasuk psikologi.

3. Konselor Sekolah / Guru BK
Jika kamu tidak berminat di bidang industri dan lebih ingin berkarir di bidang pendidikan, maka kamu bisa menjadi guru BK di sekolah. Tugasnya? Kamu tentu sudah tahu. Memberikan konseling kepada siswa, baik yang bermasalah atau tidak bermasalah. Selain itu, mengawasi kedisiplinan siswa juga bisa jadi menjadi tugas kamu sebagai guru BK. Kemudian, kamu juga bisa jadi ditugaskan untuk memberikan materi-materi pengembangan diri. Biasanya tes bakat minat juga dilakukan oleh guru BK, baik dilakukan sendiri atau mengundang psikolog dari lembaga lain.

4. Sales dan Marketing
Ingin pekerjaan yang lebih dinamis? Menjadi tenaga sales tentunya. Banyak teman-teman saya yang setelah lulus S1 Psikologi, terjun ke dunia penjualan. Apakah nyambung? Tentu saja, karena psikologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan manusia, sehingga pengetahuan psikologi yang dimiliki bisa diterapkan dalam kegiatan sales maupun marketing.

Demikian 4 jenis pekerjaan yang bisa digeluti oleh seorang sarjana psikologi. Jadi, kamu bisa menghapuskan keragu-raguan kamu tentang prospek kerja di bidang psikologi. Tentu masih ada pekerjaan lain selain 4 bidang tersebut, saya hanya menuliskan yang paling umum saja. Kalau kamu masih ingin diskusi lebih lanjut tentang bidang pekerjaan lulusan psikologi, bisa comment di sini, nanti akan saya balas :)

Jadi, bidang pekerjaan psikologi mana yang cocok denganmu?


Pertanyaan "Saya ingin masuk psikologi, tapi tidak ingin S2, apa tidak apa-apa?" sering ditanyakan kepada saya. Tentu saja, biasanya ditanyakan oleh siswa SMA yang sedang memilih jurusan kuliah dan tertarik dengan psikologi, tetapi belum yakin dengan jurusan yang akan dipilihnya.

Salah satu pertimbangan orang enggan mengambil jurusan psikologi adalah karena ragu akan lapangan pekerjaan yang tersedia setelah lulus nanti (baca: Lulusan Psikologi Kerja Apa? soon). Sebenarnya, bagi yang ingin memilih jurusan psikologi, tidak perlu ragu dengan lapangan kerja yang tersedia, karena faktanya hampir semua teman-teman saya ketika lulus S1 langsung mendapat pekerjaan, kecuali yang memang mau menikah dulu atau langsung lanjut S2. Hal ini membuktikan bahwa lulusan psikologi masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.

Keraguan lainnya, adalah karena informasi bahwa untuk menjadi psikolog, wajib mengambil S2 Psikologi, sedangkan S1 Psikologi hanya dianggap sebagai sarjana psikologi saja. Hal ini kemudian membuat galau, bagaimana jika hanya ingin S1 Psikologi tanpa lanjut ke S2?

Pertama-tama, saya akan menjawab dulu, bahwa tidak harus mengambil S2 bila ingin berkarir di dunia psikologi. Memang, dengan lulus S2, kita akan mendapatkan sebutan psikolog (syaratnya harus S1 psikologi & S2 psikologi), tapi tanpa lulus S2 pun kita bisa tetap bekerja di bidang psikologi. Setelah kamu lulus S1, kamu masih bisa bekerja sebagai HRD atau Training (di perusahaan), konselor atau guru BK (di sekolah), atau asisten psikolog (di klinik atau biro psikologi). Pengalaman saya, sebagian besar teman-teman saya berkarir sebagai HRD setelah lulus kuliah. Sebagian lagi di training, sebagian lagi di sekolah.

Lalu, apa benefit-nya S2?

Bila kamu lulusan S1 Psikologi, kamu bisa mengambil program Magister Psikologi Profesi, yang nanti setelah lulus kamu akan mendapatkan gelar S2 sekaligus gelar Psikolog. Hal ini khusus hanya bisa diperoleh oleh lulusan yang berasal dari S1 Psikologi juga. Jadi kalau S1-nya dari jurusan lain dan S2-nya Psikologi, maka gelarnya adalah "Magister Sains". Tentu saja, jika kamu sudah menjadi psikolog, kamu bisa membuka layanan psikologi kamu sendiri.

Tapi, apakah harus S2?

Tentu saja tidak. Sesuaikan dengan kebutuhan kamu :) S1 Psikologi saja sudah bisa bekerja di perusahaan maupun sekolah, dengan gaji yang setara karyawan berpendidikan sarjana lainnya tentunya. Tapi, kalau kamu bisa mengambil kesempatan untuk pendidikan yang lebih tinggi, kamu harus mempertimbangkan untuk mengambil S2.

Kalau kamu masih ingin bertanya tentang kuliah psikologi, kamu bisa follow instagram saya @garvingoei. Di sana kita bisa ngobrol lebih banyak :)


Di wordpress saya, banyak sekali pembaca remaja yang bertanya, apakah ia cocok kuliah psikologi? Memang, jurusan psikologi bukanlah jurusan yang populer seperti IT atau akuntansi sehingga baik orang tua maupun diri sendiri menjadi ragu ketika ingin mengambil psikologi sebagai jurusan kuliah. Ada banyak keraguan yang muncul, mulai dari takut kuliahnya terlalu sulit, takut tidak cocok dengan jurusan tersebut, takut tidak ada lowongan pekerjaan setelah lulus kuliah, sampai takut harus lanjut S2 bila sudah terlanjur masuk S1 psikologi.

Mari buang ketakutan tersebut. Banyak sekali teman maupun kenalan saya yang hanya mengambil S1 psikologi dan bisa bekerja. Baca di sini: apakah kuliah psikologi harus sampai S2?

Kuliah psikologi memang tidak mudah, tapi bukan berarti sulit. Buktinya, banyak juga lulusan psikologi yang lulus tepat waktu dengan IPK yang memuaskan. Mata kuliahnya memang menarik, ada pemahaman teori, ada hitung-hitungan (Statistik dan Psikometrika), sampai praktikum langsung (Konseling dan Assessment Psikologi). Jika kamu memang berminat di psikologi, selama kamu mau berkomitmen untuk kuliah dengan serius, maka kamu pasti bisa lulus dengan tepat waktu di jurusan psikologi.

Secara garis besar, jika kamu memang senang bertemu dengan orang lain dan senang mendengarkan keluh kesah pengalaman seseorang, maka bisa jadi kamu cocok dengan kuliah psikologi, karena sepanjang kuliah psikologi, tugas-tugasmu akan berkaitan dengan orang lain. Misalnya, mewawancarai orang, mengobservasi, hingga melakukan administrasi psikotes.

Daripada bingung, mungkin tes non-formal ini bisa membantu kamu. Tes ini bukanlah tes resmi psikologi, namun kamu bisa mencobanya untuk sekadar mengetahui apa kamu ada cocok untuk kuliah psikologi. Coba isi ke-12 pernyataan di bawah ini, sesuai dengan yang paling tepat dengan kamu; apakah kamu setuju, biasa saja, atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Misalnya:
- Saya merasa saya senang mengikuti kegiatan berkemah.
   (Setuju / Biasa Saja / Tidak Setuju)

Jika kamu merasa tidak setuju dengan pernyataan di atas (dan kamu tidak senang berkemah), maka kamu mengisi: tidak setuju.

Ingat, pilih jawaban yang paling sesuai dengan diri kamu! Karena hasil dari tes ini untuk kamu juga.

1. Saya senang mendengarkan keluh-kesah teman saya mengenai kehidupannya sehari-hari. (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

2. Saya merasa bahwa teman-teman saya sering mencari saya untuk meminta nasihat atas masalah mereka. (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

3. Saya senang memelajari segala sesuatu tentang kejiwaan manusia. Tentang mengapa seseorang melakukan suatu tindakan, atau mengapa seseorang bisa menyimpan perasaan tertentu di dalam dirinya. (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

4. Saya senang ketika bisa membantu orang lain. (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

5. Saya merasa nyaman berada di dekat banyak orang. (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

6. Saya merasa nyaman meskipun harus berada di dekat orang yang sedang bersedih atau marah.  (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

7. Saya merasa lelah ketika harus bertemu dengan banyak orang.  (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

8. Saya tidak suka membaca buku-buku tentang psikologi.  (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

9. Saya merasa diri saya cuek terhadap orang lain.  (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

10. Saya tidak suka mendengarkan cerita orang lain.  (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

11. Saya merasa tidak percaya diri untuk berbicara secara 4 mata dengan orang lain.  (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

12. Saya tidak suka bila harus menghadapi orang yang sedang sedih. Lebih baik saya menjauh darinya.  (Setuju  |  Biasa Saja  |  Tidak Setuju)

Sudah? Sekarang mari kita nilai hasil jawaban kamu.

Untuk soal no.1-6
Beri skor 2 untuk jawaban setuju
Beri skor 1 untuk jawaban biasa saja
Beri skor 0 untuk jawaban tidak setuju

Untuk soal no.7-12
Beri skor 0 untuk jawaban setuju
Beri skor 1 untuk jawaban biasa saja
Beri skor 2 untuk jawaban tidak setuju

Lalu, jumlahkan semua skor kamu

Bila kamu:

Berada pada skor di antara 18 - 24: kamu cocok untuk kuliah psikologi.
Berada pada skor di antara 9 - 17: kamu cocok kuliah psikologi, tapi perlu sedikit usaha lebih.
Berada pada skor di antara 0 - 8: kamu sepertinya perlu mempertimbangkan ulang sebelum memilih jurusan psikologi.

Tentu saja, tes di atas bukanlah tes resmi psikologi, jadi jangan kamu jadikan pertimbangan satu-satunya dalam memilih jurusan psikologi. Pikirkan lagi aspek lain seperti bakat, minat, dan kepribdaian kamu. Meminta saran kepada orang-orang terdekat kamu juga ide yang baik. Jika kamu benar-benar ingin tahu di mana letak bakat dan minat kamu, kamu bisa menghubungi psikolog terdekat.

Bagaimana dengan hasilmu? Kalau kamu ingin diskusi lebih jauh, silakan follow instagram saya @garvingoei :)

Foto: Learning oleh CollegeDegrees360
2016 by Garvin Goei. Powered by Blogger.