(Mencoba) Berhenti Minum Kopi

/
0 Comments


Saya adalah orang yang sering mengonsumsi kafein. Singkatnya, 2 gelas kopi dan 4 gelas teh sehari adalah hal yang biasa bagi saya. Bahkan, saya harus meminum secangkir kopi di pagi hari agar semangat beraktivitas. Agar konsumsi gula saya tidak berlebih, saya selalu meminum kopi dan teh tanpa gula. Toh bukan rasa manisnya yang saya incar, tapi aroma dan kesegarannya. Kebiasaan ini sudah mulai sejak masih kuliah S1, mungkin karena sering harus bergadang hingga subuh dan paginya harus belajar lagi di kelas. Daripada mengantuk, lebih baik konsumsi kafein. Kebiasaan ini berlangsung hingga sekarang.

Sudah 5-6 tahun kebiasaan mengonsumsi kafein dalam jumlah yang banyak dalam sehari, dan selama itu tidak ada masalah apapun. Orang-orang juga terbiasa melihat saya mengonsumsi kopi dan teh dalam jumlah yang banyak. Memang sesekali ada orang menasihati, tapi bagi saya niat baik tersebut hanya sekadar masuk telinga lalu pergi. Lagipula, saya tidak merasa rugi kok, begitu pikir saya saat itu.

Tapi perlahan-lahan, muncul keinginan untuk berhenti minum kopi. Bukan berhenti mengonsumsi kafein, tapi berhenti minum kopi. OK, bagi yang belum tahu apa bedanya berhenti minum kopi dan mengonsumsi kafein, jadi begini, kafein itu zat yang bisa ditemui dalam beberapa minuman: kopi, teh, atau minuman bersoda. Saya mendapatkan kafein dari kopi dan teh. Berhenti mengonsumsi kafein berarti saya akan berhenti meminum keduanya, kopi dan teh. Sedangkan berhenti meminum kopi, maksudnya saya hanya berhenti ngopi, tapi tetap minum teh.

Kafein tidak buruk, tapi kandungan kafein dalam kopi cukup banyak dibandingkan dengan teh. Melihat kebiasaan minum kopi dan teh yang diluar batas (2 gelas kopi dan 4 gelas teh per hari, kadang lebih), saya mulai berpikir untuk memangkas sebagian besar asupan kafein saya, mengingat ada banyak masalah yang bisa ditimbulkan oleh konsumsi kafein secara berlebih, yaitu:

1. Kecanduan dan Toleransi
Anda pasti sudah tahu bahwa mengonsumsi kafein bisa menimbulkan kecanduan serta toleransi. Semakin anda sering meminum kopi, maka tubuh akan semakin tidak merasakan efeknya sehingga anda harus meminumnya lebih banyak. Masalahnya, mengonsumsi kafein secara berlebih tidak baik untuk kesehatan. Saat ini saya berpikir, jika saya membutuhkan 2 gelas kopi dan 4 gelas teh per harinya, tentu pada 2-3 tahun ke depan dosis tersebut akan saya tingkatkan, dan saya tahu itu tidak baik. Saya pernah mendengar kisah dari seorang teman yang mengonsumsi kopi hingga 8 gelas per harinya selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia mengalami masalah dengan organ ginjalnya.

2. Mengganggu Penyerapan Kalsium
Kafein bisa mengganggu penyerapan kalsium dan zat mineral dalam tubuh, sehingga akan berdampak pada kesehatan tulang dan gigi ke depannya. Sebenarnya, hal ini bisa diakali dengan mengonsumsi kafein 1-2 jam sebelum dan sesudah makan, tapi tentu bagi pecandu kopi, sangat sulit menahan keinginan untuk minum kopi. Saat ini saya memang belum merasakan dampak kafein terhadap penyerapan kalsium dalam diri saya, tapi saya tidak ingin menyesal ketika masalah sudah terjadi. Untuk itu, saya memutuskan untuk mulai membatasi minum kafein.

3. Stres dan Kecemasan
Kafein bisa meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh. Bagi yang belum familiar, kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh ketika kita sedang merasa stres. Sebenarnya kortisol tidak begitu buruk, ia dikeluarkan oleh tubuh kita di pagi hari agar kita bisa bangun dari tidur dan terjaga. Tapi, bila tubuh kita mengeluarkan kadar kortisol secara berlebihan (karena konsumsi kafein berlebih), tentu tidak akan menjadi hal yang baik. Lagi-lagi hal ini belum saya rasakan secara langsung, tapi lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?

Selain itu, saya juga khawatir dampak kafein berlebih terhadap aspek lain dalam kesehatan, misalnya risiko penyakit jantung, insomnia, dan lain-lain. Akhirnya saya memutuskan untuk memangkas asupan kafein per hari, dengan sebuah keputusan: berhenti minum kopi (saja). Mengapa kopi, bukan teh? Pertama, kandungan kafein kopi jauh lebih banyak daripada kandungan kafein dalam teh. Saya pikir, memangkas dosis 2 cangkir kopi per hari bisa memangkas lebih dari 50% asupan kafein yang selama ini saya konsumsi. Kedua, bagaimanapun juga, saya memiliki jadwal yang sangat padat setiap harinya, sehingga saya tetap butuh sedikit kafein untuk meningktakan produktivitas, meskipun berhenti minum kopi, saya tetap bisa mendapat sedikit asupan kafein dari teh. Ketiga, saya sangat menggemari teh. Mengoleksi teko teh dan mencoba teh-teh baru setiap bulannya adalah aktivitas yang menyenangkan bagi saya. Dari teh, saya belajar banyak tentang budaya. Saya rasa hal ini menyenangkan dan sayang bila harus dihentikan.

Keputusan sudah dibuat: berhenti minum kopi.

Saya sudah menjalankannya selama 2 minggu. Awalnya, tidak seberat yang dibayangkan. Di pagi hari, saya cukup minum teh hitam agar efek withdrawal dari berhenti minum kopi tidak terlalu terasa. Namun saya baru menyerah dan meminum kopi beberapa hari belakangan, mengapa? Saya baru menyadari efeknya begitu terasa ketika saya harus mengajar di pagi hari. Biasanya saya bisa mengajar dengan semangat, namun ketika saya tidak meminum kopi, semangat saya tidak sekuat sebelumnya dan terasa lemas. Hal ini membuat saya mengkhawatirkan proses belajar mengajar akan kurang maksimal. Kemudian, biasanya setelah mengajar saya masih bisa melakukan aktivitas lain. Tapi sejak berhenti minum kopi, saya semakin membutuhkan waktu lebih banyak untuk beristirahat. Jadinya, beberapa hari ini saya minum kopi sebelum mengajar agar bisa mengajar dengan semangat dan tidak perlu menambah waktu istirahat. Tapi lagi-lagi, saya harus berhenti minum kopi, demi kesehatan saya sendiri.

Ternyata berhenti minum kopi tidak mudah, apalagi bila sudah saya jalani kebiasaan ini selama bertahun-tahun. Rasanya harus ada strategi khusus untuk melakukan hal ini. Saya sudah riset sedikit demi sedikit tentang cara terefektif untuk berhenti minum kopi. Hasilnya? Mari kita tunggu laporan dari saya beberapa minggu ke depan :)

Doakan!



You may also like

No comments :

2016 by Garvin Goei. Powered by Blogger.